Here is Your Perfect

By

Bukan anggur favoritnya, tetapi Eri menikmati setiap tegukannya. Dari tempatnya duduk, dilihatnya lampu-lampu yang bergerak ke sana kemari. Kendaraan pada jam pulang kantor untuk ukuran kota metropolitan ini memang tidak perlu dihitung banyaknya. Cukup dari jauh saja, maka pemandangan itu cukup menjadi hiburan.

Ting. Pesan masuk. Gw di depan. Bukain. Cepetan.

Terbersit rasa lega dalam hatinya.

“How could she, Eri?” Terlontar begitu saja pertanyaan Dikara ketika pintu dibuka. Yang ditanya hanya angkat bahu. “She has no idea who she is dealing with!” Nada campur aduk antara geram, kesal, dan marah itu terasa kental di tuturan Dikara.

“No need to think about that,” balas Eri sambil menuju ke sofanya.

“Kenapa enggak?” balas Dikara sewot.

“Well… Setiap orang punya preferensinya masing-masing. Di mata lo, gw paket lengkap. Di mata dia, ada yang missing.” Eri terdiam. Matanya menatap gelas anggurnya. “And I don’t blame her for that, Kara.”

Dikara terenyuh mendengarnya. Dia tidak pernah bisa membantah kelembutan hati yang dimiliki Eri. Ide untuk mencarikannya pasangan atau sekadar teman kencan memang datang darinya dan dia menyadari dia tidak perlu melakukannya lagi. Eri sudah cukup merasakan pedihnya patah hati. Dia tidak perlu merasakannya lagi.

“Look, Ri. I’m sorry,” ujar Dikara.

“I know. And you are forgiven,” balas Eri. Ditatapnya sahabatnya sambil tersenyum kecil. “Mind your own business, okay?”

Dikara melompat ke arah Eri dan memeluknya erat.

“Here is your perfect, Ri. You know that. You are just you.”

“And let me be with myself. At least, for now.”

*

Entah dari mana definisi awal sebuah kesempurnaan. Entah siapa yang mencetuskan sesuatu sempurna. Entah pada batas apa kesempurnaan diukur. Di situ pula ada ketidaksempurnaan. Yang kita ingingkan adalah kebahagiaan dengan kadarnya yang “sempurna” masing-masing, bukan?

***